Aku udah lama nggak nonton TV. Karena ini lagi di rumah dan malas ngapa-ngapain, akhirnya nyalain TV. Pilih channel berita karena nggak tertarik sama tayangan lain.
Ternyata keputusan ini membuat pikiran jadi keracunan. Banyak berita buruk!.
Salah satu berita yang jadi sorotan yaitu tentang Transportasi Online. Ada 2 berita yang hangat dibahas:
1. Sopir angkutan umum menabrak driver ojek online Grabbike di Tangerang. Alasannya sepele: karena sopir angkutan umum dendam dengan ojek online yang dianggap membuat penghasilannya turun. Padahal sang sopir tidak kenal dengan driver yang ditabrak. Lah.
Tambahan, ini aku baca di Line Today, driver Grab yang ditabrak sekarang koma dan dirawat di rumah sakit. Driver tersebut ternyata mahasiswa yang sedang cuti kuliah karena tidak punya biaya.
Sedangkan sopir angkutan umum kini menjadi tersangka dan diancam hukuman maksimal seumur hidup atau hukuman mati.
Illahi rabbi...
2. Gerombolan sopir angkutan umum di Bandung melakukan perusakan mobil yang diduga mobil untuk taksi online, padahal itu mobil pribadi. Akibatnya satu keluarga, sebanyak 5 orang, menjadi korban dan mengalami trauma. Terlebih ada balita umur 14 Bulan di dalam mobil. Belum lagi kerugian materiil karena mobilnya rusak.
Peristiwa ini bersamaan dengan adanya demo sopir angkutan umum di Gedung Sate, Bandung. Para pelaku awalnya dalam perjalanan mengikuti demo di Gedung Sate ketika kemudian bertemu dengan mobil yang mereka kira adalah taksi online ini.
Yaa Allah... Lagi-lagi karena gelap mata jadi merugikan orang yang nggak bersalah.
Ada apa sih ini?.
Selain 2 berita ini sebenarnya masih ada banyak lagi. Yang driver taksi online dihajar tukang becak, yang taksi online dirusak taksi offline,dll.
Aku nggak menemukan kata yang tepat selain: miris. Iya, miris!.
Gimana yaa...
Aku sendiri termasuk pengguna angkutan umum dan transportasi online. Baik angkutan umum ataupun transportasi online (ojek atau taksi) mempunyai kelebihan masing-masing. Angkutan umum bisa diakses di mana-mana dengan harga lebih murah. Transportasi online jangkauan areanya lebih spesifik, waktu tunggu dan biaya lebih pasti.
Sebenarnya penggunaan keduanya berbeda, tergantung kebutuhan calon penumpang. Anak sekolah, ibu belanja ke pasar, biasanya lebih memilih angkutan umum. Apalagi di Magelang, yang armada angkutan umumnya banyak dan menjangkau tiap daerah, kita dapat dengan mudah menemui angkutan umum di mana-mana.
Hal yang berbeda akan kita rasakan ketika di Jogja. Aku jarang sekali naik angkutan umum di Jogja. Hal ini karena armada angkutan umumnya sedikit, akibatnya kita perlu menunggu cukup lama. Belum lagi ketika berhenti ngetem, aduh lamanya. Masih ditambah jalannya angkutan umum yang timik-timik. Coba deh kalau di Jalan Magelang ketemu engkel D6, itu kecepatan jalannya saingan sama kecepatan jalan kaki. Aku juga pernah mengalami kejadian buruk, kecopetan HP di angkutan umum di Jogja!. Haduuh, semoga untuk pertama dan satu-satunya deh pengalaman kecopetan.
Solusi angkutan umum di Jogja yaitu adanya Bus Transjogja. Bus Transjogja tarifnya murah, cukup Rp 3500 sepanjang jalan (selama tidak keluar dari halte). Busnya nyaman karena ber-AC, lebih aman dari copet, dan tidak ngetem berlama-lama. Tapi Transjogja juga punya kekurangan: rutenya muter-muter, tidak semua area tercover, dan waktu tunggunya lama (dan armada bus yang sudah mulai tua,tapi ada kabar bahwa dalam waktu dekat akan ada peremajaan armada bus).
Nah ketika di Jogja, aku lebih suka naik kendaraan pribadi (sama si abang tentunya) atau ya itu, naik ojek online. Sekarang gini, aku tinggal di Demangan, tempat kerjaku di Jalan Kaliurang km 10. Jika nggak ada kendaraan pribadi, bagaimana caraku berangkat dari Demangan ke Jalan Kaliurang km 10?.
Naik angkutan umum ke Jakal atas tu juarang banget ada. Sekalinya ada, perlu naik dari Concat / Jakal bawah dulu, ga lewat Demangan. Aku nggak tau juga itu butuh waktu berapa lama ngetemnya. Wis, pokoknya aku nggak yakin. Akhirnya ya mending naik ojek online. Bayar 10ribuan tapi udah pasti berangkat dari Demangan nyampe ke Jalan Kaliurang dalam hitungan +- 20 menit.
La kalo naik ojek biasa? Ya bisa, tapi bayarnya bisa 2-4 kali lipat.
Endingnya pengguna bisa milih sendiri, mana yang lebih nyaman, lebih aman, lebih efektif, lebih efisien, syukur-syukur lebih murah. Harga mahal dikit tapi kita hemat waktu, ya pakai ojek. Hemat waktu ada ada yang lebih murah, ya ojek online. Atau perginya bareng-bareng pengen yang praktis dan murah, ya taksi online.
Faktanya kita butuh sarana transportasi yang: cepat, coverage areanya luas, aman, nyaman, dan tarifnya jelas. Kebutuhan transportasi yang demikian bisa dipenuhi oleh transportasi online.
Nah kalau sudah kayak gitu, ya yang udah di depan jangan diminta untuk mundur ke belakang dong. Justru yang di belakang perlu effort untuk maju ke depan. Jaman udah berganti. Kita nggak bisa stuck di satu titik terus. Ikuti perkembangan jaman, atau tertinggal. Emang gitu resikonya.
I think sekarang udah waktunya pemerintah ambil bagian. Bisa kan pak dibuat regulasi supaya angkutan umum makin customer friendly. Pengaturan jadwal keberangkatan, pemerataan area yang dijangkau, pengontrolan tarif, pelatihan berkendara, seleksi dalam pemberian izin lisensi mengemudi angkutan umum, dll.
Iya, kita butuh pemerintah untuk mengatur ini semua supaya nggak chaos. Kalo nggak diatur, entah akan ada berapa banyak kasus lagi yang ujungnya justru merugikan sesama rakyat kecil.
This is just my 2 cents.
2 Comments
Aku kmrn pas dnger kejadian ini juga sedih, marah... Kdg g abis pikir ya mba, mereka yg merusak itu apa ga mikir kalo rezeki udah diatur.. Dan kenapa jg ga ada niat sedikitpun supaya mereka ikutan maju.. Jaman udh pake teknologi semua, lah ini kepalanya kok msh dijaman batu mikirnya :( . Dikit2 pake kekerasan..
ReplyDeleteNgeri ya Mba'.. :(
ReplyDeleteMemang butuh peran pemerintah juga sih ya biar nggak terulang lagi yang seperti ini. Semoga ada solusi yang bisa melegakan ketiga pihak, offline, online dan konsumen. Nice sharing Mba'.. :)