Gagal Jadi Bu Yanti

Aku pertama kali jadi guru di akhir usia 21 tahun. Masih cukup muda kan?. 

Aku sadar menjadi guru artinya harus siap dipanggil "Bu". Toh sewaktu PPL (mata kuliah praktik mengajar, -red) dulu juga sudah dipanggil Bu oleh murid-murid tempat PPL.

Aku juga sadar, namaku: Disma, itu cukup "aneh". Dalam artian, kurang familiar bagi orang lain. Jarang kan kamu temui orang yang bernama "Disma".

Bahkan, kata tanteku sendiri, nama Disma itu sulit diucapkan. Biasanya saat pertama kali berkenalan dengan orang baru, mereka biasanya menyangka namaku adalah "Risma", atau "Dimas", atau "Bisma". Ngekk.

Disma juga nama yang ambigu. Kadang kalau hanya memperkenalkan diri via texting, kayak order Gojek gitu, pasti dikira aku tu cowok.

Karena alasan-alasan di atas, aku menyusun rencana untuk melakukan re-branding. Rencananya, aku akan memperkenalkan diri sebagai "Bu Ari" atau "Bu Yanti" kepada murid-muridku. 

Ketika pertama kali mengajar dan masuk ke kelas, aku sengaja memperkenalkan diri sebagai "Bu Yanti". Walaupun aku sendiri canggung ketika mengucapkannya. Wqwq.

Sialnya, aku terlanjur diperkenalkan sebagai "Bu Disma" oleh mas Priyo kepada guru-guru yang lain. Jadi, guru-guru taunya aku "Bu Disma", sedangkan murid-murid taunya aku "Bu Yanti".

Suatu ketika, masih di minggu pertama aku mengajar, ada murid yang mencariku di ruang guru. Murid itu menyebutkan mencari Bu Yanti. Alhasil guru-guru bingung. 

Setelah beberapa saat, akhirnya Pak Hardoyo sadar dan bilang ke anak tersebut, "Oo, bu Disma?". 

Akhirnya daripada menyebabkan kebingungan, kuputuskan... ya udahlah, tetap Disma aja. 

Gagal jadi bu Yanti.


Tambahan, Gagal jadi Bu Ari

April 2019.

Aku pindah sekolah sesuai penempatan mengajar. 

Lagi-lagi, aku menyusun rencana untuk mengubah nama panggilanku. Tapi kali ini, rencananya aku memilih nama sebagai bu Ari. Karena takutnya ada guru lain yang namanya Yanti, mengingat Yanti kan nama yang cukup mainstream di kalangan ibu-ibu guru. Sedangkan ibu-ibu namanya Ari sepertinya lebih jarang (walaupun waktu aku SMP ada bu guru yang namanya bu Ari sih. hehe).

Singkat cerita, sebelumnya aku cari-cari teman sesama CPNS yang penempatan di sekolah yang sama. Kitapun membuat grup WA untuk saling kenalan. 

Saat perkenalan di grup itu, rupanya ada yang namanya Pak Ari.

Laaaah.

Ya udah deh. Aku nggak jadi pakai nama bu Ari. 

Biar nggak bingung ada pak Ari, ada bu Ari.

Tambahan: ternyata di sekolah ini ada juga yang namanya bu Ari, dan nggak ada yang namanya bu Yanti.

Post a Comment

2 Comments

  1. Ha..ha, tapi Disma nama yang bagus menurutku.. Bukan nama jadul dan jarang yang punya. Klo Ariyanti malah banyak yang make...

    Tur dengan panggilan "dis" berasa jadi gadis terus lho... (Kan dikira namanya gadis.."

    ReplyDelete
  2. Udah paling bener Disma aja, antimainstream. Aku yang nggak berusaha rebranding malah dapet nama baru, Bu Fashion (ngambil dari Fasiyani). Hadeh, ku aja ga kepikiran. Wkwkwk.

    ReplyDelete