Koneksi Antarmateri Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin




Selama dua minggu ke belakang, saya sebagai Calon Guru Penggerak angkatan 9 mempelajari modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin.

Setelah mempelajari modul tersebut, berikut rangkuman saya:

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Pratap Triloka terdiri dari tiga semboyan, yaitu:
Ing ngarso sung tuladha, yang berarti "di depan memberi teladan"
Ing madya mangun karsa, yang berarti "di tengah membangun motivasi"
Tut wuri handayani, yang berarti "di belakang memberikan dukungan" 

Filosofi tersebut berkaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Semboyan ini mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus memberikan contoh, membangun semangat, dan memberikan dorongan untuk kemajuan muridnya. Dalam setiap pengambilan keputusan, pemimpin harus selalu berpihak kepada murid.


Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai adalah keyakinan dan prinsip yang kita anut. Setiap orang memiliki nilai-nilai kebajikan pribadinya, baik disadari maupun tidak. Nilai-nilai ini selalu mempengaruhi setiap tindakan kita, termasuk dalam pengambilan keputusan. Ketika kita menghadapi situasi yang memerlukan keputusan, nilai-nilai kita akan memengaruhi prinsip-prinsip yang kita ambil.


Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Materi pengambilan keputusan memiliki hubungan erat dengan kegiatan coaching yang telah kita pelajari pada modul sebelumnya. Coaching membantu kita mengambil keputusan yang efektif dengan memandu coachee dalam menggali potensi dan memaksimalkan kemampuan mereka. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam diri kita setelah mengambil keputusan dapat dijawab melalui refleksi dan bimbingan yang kita terima selama sesi coaching. 


Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Guru yang memiliki kesadaran sosial dan kemampuan berempati akan lebih memahami sudut pandang orang lain. Ini membantu dalam mengambil keputusan yang mempertimbangkan kepentingan bersama dan dampaknya pada orang lain. 

Guru yang mampu mengelola emosinya dengan baik akan lebih tenang dan rasional dalam menghadapi dilema etika. Emosi yang terkendali memungkinkan kita untuk mempertimbangkan berbagai faktor dengan bijaksana. 

Guru yang berpegang pada nilai-nilai kebajikan akan lebih cenderung memilih prinsip-prinsip yang jujur, adil, dan beretika dalam pengambilan keputusan. 

Sehingga, kemampuan guru dalam mengelola aspek sosial emosionalnya berperan penting dalam pengambilan keputusan, khususnya masalah dilema etika. 


Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik. Tidak ada benar atau salah pada jawaban studi kasus yang ada, selama pengambilan keputusan didasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebijakan universal, dan berpihak pada murid.


Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat memiliki dampak yang signifikan pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. 

  • Keputusan yang bijaksana dan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan membentuk dasar lingkungan yang positif. Ketika pemimpin dan individu di sekitar kita mengambil keputusan yang memperhatikan kesejahteraan bersama, lingkungan menjadi lebih saling mendukung, ramah, dan penuh semangat. 
  • Keputusan yang tepat memastikan bahwa lingkungan mendukung pertumbuhan pribadi dan profesional. Lingkungan yang kondusif memfasilitasi kolaborasi, inovasi, dan pengembangan kompetensi. 
  • Keputusan yang memprioritaskan keamanan menciptakan lingkungan yang bebas dari ancaman dan risiko. 
  • Keputusan yang memperhatikan kenyamanan memastikan bahwa individu merasa nyaman dan dapat berfokus pada tugas-tugas mereka.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus dilema etika:

  • Nilai-nilai yang bertentangan: Dalam lingkungan yang beragam, nilai-nilai yang berbeda-beda dapat bertabrakan. Misalnya, nilai-nilai individu mungkin berbeda dengan nilai-nilai organisasi atau masyarakat. 
  • Tekanan Waktu: Terkadang kita harus mengambil keputusan dalam waktu yang terbatas. Tekanan waktu dapat mempengaruhi kualitas keputusan kita dan menyebabkan kita mengabaikan pertimbangan etika.
  • Konflik Kepentingan: Dalam lingkungan yang kompleks, terdapat banyak pihak yang memiliki kepentingan berbeda. Memilih tindakan yang menghormati semua pihak bisa menjadi tantangan.

Kaitannya dengan perubahan paradigma, lingkungan yang berubah mempengaruhi cara kita melihat dan menilai situasi. Paradigma baru dapat membuka mata kita terhadap aspek-aspek yang sebelumnya tidak kita pertimbangkan.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan yang tepat dalam pengajaran memiliki dampak yang signifikan terhadap pembebasan potensi murid. Langkah kita untuk memutuskan pembelajaran yang sesuai dengan potensi murid yang berbeda-beda yaitu dengan melakukan Pembelajaran Berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi dirancang untuk memenuhi kebutuhan belajar yang beragam dari setiap peserta didik di dalam kelas. 

Dalam melaksanakan pembelajaran, guru juga perlu mengenal potensi atau profil siswa dan menyelenggarakan pembelajaran yang inklusif.


Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, keputusan yang diambil memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan dan masa depan murid-muridnya, seperti:

  • Pembentukan Karakter:
Keputusan yang diambil oleh pemimpin pembelajaran dapat membentuk karakter dan nilai-nilai murid.
Contohnya, ketika seorang pemimpin memperhatikan integritas dan kejujuran, murid-murid akan mengamati dan meniru perilaku tersebut.

  • Pengembangan Potensi:
Keputusan yang mendukung pengembangan potensi murid akan memengaruhi masa depan mereka.
Misalnya, memfasilitasi program ekstrakurikuler, memberikan bimbingan karier, atau mengakomodasi kebutuhan belajar individu.

  • Pengaruh pada Kompetensi Sosial Emosional:
Keputusan yang memperhatikan kompetensi sosial emosional murid dapat membentuk pola pikir dan perasaan mereka.
Seorang pemimpin yang peduli dan memahami perasaan murid akan menciptakan lingkungan yang positif dan aman.

  • Pengaruh pada Motivasi Belajar:
Keputusan yang memotivasi murid untuk belajar dan berkembang akan memengaruhi prestasi akademik dan karier mereka di masa depan.


Dengan demikian, pemimpin pembelajaran memiliki tanggung jawab besar dalam mengambil keputusan yang memihak pada murid dan membantu mereka mencapai potensi penuh mereka dalam kehidupan dan masa depan. 

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

  • Kaitan modul 3.1 dengan modul 1. Paradigma dan Visi Guru Penggerak 

Nilai-nilai kebajikan memengaruhi cara seorang pemimpin pembelajaran memandang situasi dan mengambil keputusan. Dalam dilema etika, nilai-nilai seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab, dan penghargaan akan hidup dapat bertentangan. Guru penggerak harus mempertimbangkan paradigma pengambilan keputusan, seperti keadilan vs. kasihan, individu vs. kelompok, kebenaran vs. kesetiaan, dan jangka pendek vs. jangka panjang1.

Visi Guru Penggerak:
Filosofi Ki Hajar Dewantara (ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani) menjadi landasan Standar Nasional Pendidikan. Visi ini mengingatkan guru penggerak untuk selalu berpihak pada murid dan memahami nilai-nilai kebajikan yang terkandung dalam tujuan pendidikan Indonesia.

Berpihak pada Murid:
Seorang pemimpin pembelajaran harus bertanggung jawab dalam membuat keputusan. Keputusan yang diambil harus selaras dengan nilai-nilai kebajikan yang dijunjung tinggi di sekolah dan berpihak pada murid. Dengan memadukan paradigma pengambilan keputusan yang bijak, visi yang berpihak pada murid, dan nilai-nilai kebajikan, seorang guru penggerak dapat membentuk lingkungan pembelajaran yang positif dan berdampak pada masa depan murid.

  • Kaitan modul 3.1 dengan modul 2.1 Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid:
Guru penggerak harus menjadi panutan dan penuntun agar murid dapat tumbuh dan berkembang sesuai kodrat alam dan zamannya.
Dalam konteks pembelajaran berdiferensiasi, guru penggerak memprioritaskan kebutuhan belajar murid dengan memahami perbedaan individual dan memberikan pendekatan yang sesuai2.
Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan membantu guru penggerak memilih strategi pembelajaran yang adil dan berpihak pada murid.

  • Kaitan modul 3.1 dengan modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional:

Pembelajaran sosial dan emosional (PSE) bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial, empati, dan pengelolaan emosi pada murid. Seorang guru penggerak harus memastikan bahwa keputusan yang diambil mendukung pembelajaran sosial dan emosional murid.

Contoh keputusan yang relevan dengan PSE meliputi:
Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri).
Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri).
Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial).
Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)

  • Kaitan modul 3.1 dengan modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik:
Coaching adalah proses yang bertujuan untuk membantu individu mencapai tujuan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Dalam konteks supervisi akademik, coaching membantu guru untuk meningkatkan kinerjanya, memperoleh umpan balik yang konstruktif, serta mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Seorang guru penggerak dapat menggunakan teknik coaching saat melakukan supervisi sesama guru, membangun kemitraan yang setara, dan membantu rekan sejawat dalam mengembangkan kompetensinya.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Setelah mempelajari modul ini, saya jadi memahami bahwa kegiatan pengambilan keputusan adalah suatu keterampilan, di mana semakin sering kita melakukannya, maka kita akan semakin terlatih pula. Sesulit apapun keputusan yang harus diambil untuk permasalahan yang sama-sama benar, sebagai seorang pemimpin , kita perlu mendasarkan keputusan kita pada 3 unsur yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab.
 
Dilema etika adalah situasi ketika kita dihadapkan pada pilihan yang benar dan benar. 

Bujukan moral adalah situasi dimana seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah.

4 Paradigma Pengambilan Keputusan Dilema Etika:
1. Individu lawan kelompok (individual vs community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

3 Prinsip Pengambilan Keputusan:
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

9 Langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan:
1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
4. Pengujian benar atau salah
5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar
6. Melakukan Prinsip Resolusi
7. Investigasi Opsi Trilema
8. Buat Keputusan
9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah melakukan pengambilan keputusan dalam situasi dilema. Jika sebelumnya saya masih bergantung pada perasaan, setelah mempelajari modul ini saya jadi tahu paradigma, prinsip dan langkah pengambilan keputusan.

Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Bagi saya, setelah mempelajari konsep ini saya jadi memiliki pegangan dan terbantu jika dihadapkan dengan situasi untuk mengambil keputusan suatu dilema etika.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Menurut saya sangat penting. Baik sebagai individu maupun pemimpin, kita kerap kali dihadapkan pada situasi untuk mengambil keputusan. Sebagai seorang individu, kita perlu menjaga nilai-nilai kebajikan yang kita yakini agar kita senantiasa menjadi pribadi yang baik. Sebagai seorang pemimpin, kita perlu bijaksana dalam mengambil suatu keputusan karena keputusan kita akan berdampak luas.

Post a Comment

0 Comments