Pembaca Berita

Agak tercengang aku saat kemarin tau berita bahwa Om Jeremy Teti keluar dari dunia jurnalistik sebagai pembaca berita untuk lebih memilih menjadi seorang artis. Kok bisa ya ?. Apa aku sendiri di sini yang masih nggak ngerti apa lebih-enaknya profesi artis ?. Ah Disma, kamu belum paham. Iya, iya, ini salah satu bentuk keluguanku. Hehe. But it's OK. Apapun pilihannya, yang penting minumnya ... #eh.

Jeremy Teti - pic from Google


Ah Om Jeremy, padahal Disma pernah sangat ingin menjadi seperti Om. Dimix-in video terus diupload di Youtube ?. Bukan, bukan. Punya cengkok yang unik ?. Bukan juga, bukan juga. Jadi cowok ?. Wuiih, ngaco, jelas bukan. Aku ingin jadi seorang pembaca berita. It was, but I'm serious. 

Loh, katanya kamu ingin jadi Pendidik Dis ?. 
Iya, Pendidik itu cita-cita sejatiku. Tapi hampir semua orang di muka bumi ini pernah mengalami masa-masa labil cita-cita kan ? *macak Vicky Prasetyo*. Dulu pernah tu punya keinginan jadi penulis (karena aku sering curhat di buku diary dan aku pikir ini udah jadi modal yang cukup), desainer (karena aku sering ngegambar baju dengan motif sesukaku), anggota DPR (karena aku suka banget sama mata pelajaran PKN), pemain bulu tangkis (karena aku suka nonton pertandingan bulu tangkis, tapi jelas ini cita-cita yang paling liar), guru matematika (karena ada guru matematika SMP ku yang keren banget cara ngajarnya), penerjemah (karena suka belajar bahasa inggris), sutradara (karena Nia Dinata itu keren sob), dan beberapa yang lain lagi, di mana salah satunya adalah pembaca berita itu tadi.

Gimana ceritanya kamu berani ingin jadi pembaca berita ?. 
Sebagaimana anak Indonesia yang sedari kecil sudah dicekoki untuk belajar membaca, aku pun begitu. Dulu sudah cukup bangga tu bisa lancar membaca, tapi ternyata nggak cukup. Ternyata koma, titik, tanda baca dan intonasi juga harus diperhatikan. Om Ucup lah yang mengajarkanku cara membaca ideal sejak kecil dan aku bawa hingga sepanjang usia. Hingga datanglah masa di mana aku kelas 2 SMP dan didapuk untuk ikut lomba Baca Berita yang digelar SMA 1 Magelang. Lomba itu termasuk keren sih, secara yang ngadain Smansama. Dan bisa memboyong piala di antara peserta dari sekolah lain yang super keren, menurutku juga keren. Begitulah. *apaan nih, kok geje *njuk dijiwit rame-rame.

Tapi selain itu, aku ngefans tuh sama pembaca berita nya Liputan 6 SCTV, ada tante Rosiana Silalahi sama tante Rike Amru (walaupun sekarang keduanya udah nggak jadi pembaca berita lagi). Pembaca berita itu cerdas, kritis, informatif, serba tahu, kata-katanya intelek, pokoknya super ultra cool lah.

Rike Amru - pic from Google


Membaca berita itu ada tekniknya tersendiri lho. Coba deh sekali-sekali mengamati cara mereka membawakan berita. Menggunakan intonasi yang tepat untuk berita yang tepat (serius saat berita serius, rileks saat berita ringan), penekanan pada beberapa bagian tertentu yang itu artinya hal tersebut perlu mendapatkan perhatian lebih, anggukan atau gerakan kepala, gerak tangan, serta tatapan mata menjadi fokus yang penting untuk dipelajari *macak ahli*.

Teknik membaca(kan) itu ada banyak, mengikuti apa yang kita baca. Membaca(kan) berita, membaca(kan) pidato, membaca(kan) puisi, membaca(kan) dongeng, dan membaca(kan) yang lain punya tekniknya masing-masing. Aku menyebutnya seni membuat orang mengerti apa yang kita sampaikan. Hal-hal yang tidak sama tidak bisa kita sampaikan dengan cara yang sama. Trust me, trust me. Aneh nggak sih kalau ada orang baca pidato malah kayak baca puisi ? Dilengking-lengkingkan gitu. Hehe.

Ngomong-ngomong soal berita, suatu waktu saat aku masih kecil, aku pernah mengajukan pertanyaan ke Mama. 
Disma : Ma, kenapa sih kok sehari harus makan 3 kali ? Kenapa nggak 4 kali ? Kenapa makannya harus pagi, siang sama malam ?
Mama  : Soalnya ngikutin tayangan berita di TV.

Dan aku percaya !. Ngek. But... it's logic, isn't it ?. Mama memang luar biasa.

Post a Comment

0 Comments