Temu Inspiratif Pengurus Semangat #November

Tulisan ini adalah dokumentasi saat Temu Inspiratif Pengurus Semangat (TIPS) BEM KM UNY yang dihadiri teman-teman pengurus BEM dan dibersamai oleh mas Diar Rosdayana (alumni UNY sekaligus pernah menjabat sebagai Kadept Dagri BEM KM UNY 2012). Ada beberapa bagian yang kutambahkan pendapatku sendiri di dalamnya. Tapi semoga tidak mengubah inti materinya ya.

Sedikit Tentang Mahasiswa…

Ketika kita lulus kuliah nanti, apa sih yang biasanya ditanyakan orang lain ?
“Sekarang kerja di mana ?”
“Sekarang kesibukannya apa ?”
“Sudah menikah belum ?”
“Sudah punya anak belum ?”

Tidak ada yang bertanya “IPKnya berapa ?”, “Nilai bahasa inggrisnya berapa ?”, dll. Akademis seolah tidak penting lagi. Yang penting adalah setelah itu kamu bisa apa. Apalagi pandangan masyarakat pada mahasiswa itu bahwa mahasiswa adalah orang yang apa-apa bisa. Bisa membetulkan TV, bisa memperbaiki atap rumah, bisa mengetik, dll. Masyarakat nggak mau tau dari jurusan apa kamu, yang mereka tau adalah kamu seorang mahasiswa dan kamu bisa segalanya. Wuih, ngalahin Dewa dong. Hehe.

Mahasiswa dengan anak kuliah itu beda. Apa bedanya ?

Kalau anak kuliah itu yaa dia di kampus hanya kuliah saja. Sedangkan kalau mahasiswa, dia di kampus untuk beraktivitas, tidak sekedar kuliah. Bisa berorganisasi, bisa juga bekerja. Karena masa kuliah itu kan sebuah kesempatan untuk memperbesar peluang, bukan satu-satunya peluang. Kenapa tidak kita bekerja sambil kuliah ?. Lugu sekali jika jawabannya : takut kuliahnya terganggu.

Bicara tentang Mahasiswa, ada sebuah cerita nih.

Jadi, mahasiswa itu dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu mahasiswa dengan nilai A (ada banyak nilai A dalam KHSnya), mahasiswa dengan nilai B, dan mahasiswa dengan nilai C. Nilai D tidak usah dibahas ya karena kalau dapat D kan sudah pasti tidak lulus.

Mahasiswa dengan nilai A adalah mereka yang study oriented. Rajin berangkat kuliah, rajin belajar, rajin mengerjakan tugas, tidak pernah melampaui deadline, bahkan belum dikasih tugas oleh dosen saja sudah mengumpulkan *lhoh. Biasanya setelah lulus kuliah, si A ini akan menjadi akademisi karena kepandaian dan ketelatenannya.

Kelompok kedua, yaitu mahasiswa dengan nilai B, yaitu mereka yang aktivis. Aktivis itu bukannya tidak pandai, tapi karena kesibukan ini-itu, sering meninggalkan kuliah, tidak terlalu konsen ke kuliah sehingga mendapat nilai B. Biasanya setelah lulus, si B ini akan menjadi praktisi karena keaktifan dan banyaknya pengalaman yang dia peroleh selama di kampus.

Terakhir, yakni mahasiswa dengan nilai C, yaitu mereka yang tidak aktif di kuliah dan juga tidak aktif di organisasi. Nilainya pas-pasan, pengalaman juga minim. Setelah lulus, si C inilah yang kelak menjadi anggota DPR dan menentukan kebijakan bagi si A dan si B. Maka ya wajar saja jika banyak kebijakan maupun peraturan yang semrawut karena di belakangnya ditokohi oleh si C ini.

Percaya ?. Hehe, ini hanyalah cerita kok. Tapi, siapa pula yang tau apakah ini bisa jadi kisah nyata atau tidak ?. Coba kita renungkan saja.

Intern Organisasi

1.      1.  Niat

(Mas Diar mengubah posisi duduknya) “Jika saya duduk seperti ini, saya dapat pahala atau tidak ?”.
(Mas Diar berdiri) “Jika saya berdiri seperti ini, saya dapat pahala atau tidak ?”
“Tergantung mas”, jawab beberapa pengurus.

Berdiri, jika hanya berdiri saja ya tidak berarti apa-apa. Duduk jika duduk saja ya tidak berarti apa-apa juga. Tapi duduk ataupun berdiri saat sholat bisa jadi pahala kan. Segala sesuatu itu memang tergantung pada niat (dan konteksnya)

2.       2. Ikhlas dan Jangan Riya

Jangan deh merasa layak dianggap berjasa. Misalnya merasa “Kegiatan itu sukses karena saya tuh yang jadi ketua panitianya”, “Acara itu sukses karena saya yang jadi sie acaranya”, “BEM itu hebat karena saya yang jadi Ketuanya”. Mending buang jauh-jauh saja perasaan seperti itu supaya tidak merasa kecewa saat posisi itu dihilangkan, Syndrom Pasca Kehilangan Kekuasaan namanya.

Ibarat beton dalam sebuah bangunan. Di suatu bangunan pasti ada betonnya supaya bangunan tersebut dapat berdiri. Tapi mana ada beton yang terlihat setelah bangunan tersebut jadi ?. Jika betonnya nampak atau keluar dari bangunan yang ada beton itu malah akan digergaji karena tidak enak dilihat. Maka ambillah ilmu Beton tersebut. Tidak diperlihatkan, tapi tetap menguatkan.

Lalu setelah selesai suatu urusan, tidak perlu lah disebut-sebut apa jasa kita. Kecuali untuk kepentingan konsultasi sih tidak apa-apa.

3.     3.  Merasa Penting

Menjadi apapun kita, ditempatkan di posisi apapun kita, percayalah bahwa kita berharga. Misalnya menjadi ketua ataupun sie perkap, kita pasti punya peranan penting di dalamnya. Bayangkan jika suatu kegiatan tanpa ada sie perkap, lalu bagaimana keperluan acara-acara tersebut disiapkan ?. Menjadi ketua pun tidak semudah yang kita bayangkan. Jika staf ada kesulitan, staf bisa mengeluh ke ketua. Jika koordinator/kadept ada kesulitan, mereka bisa mengeluh ke ketua. Tapi jika ketua yang ada masalah, dia bisa mengeluh ke siapa ?. selain itu, ketua juga memiliki tanggung jawab yang amat besar dibanding yang lain.

Walaupun seringnya sih, jika suatu kegiatan itu sukses, yang dipuji adalah ketuanya. Tapi jika suatu kegiatan itu gagal maka yang disalahkan adalah orang teknisnya. Jika suatu organisasi itu hebat, yang disanjung adalah ketuanya. Tapi jika suatu organisasi itu gagal, yang diremehkan adalah staf-stafnya. Duh, jangan gitu lah ya.

4.      4. Akrab

Masih menerapkan pola komunikasi robot ?. Misalnya nih, menghubungi kalau lagi ada perlunya aja. SMS isinya undangan rapat aja. Itu tuh pola komunikasi robot. Nggak enak ya. Beda jika yang dibangun adalah pola komunikasi yang humanis, tanya kabar misalnya.

Katanya sih, orang itu bisa akrab jika sudah makan bersama, main bersama dan tidur bersama *lhoh (misalnya waktu rapat kerja atau upgrading, gitu). Untuk yang satu ini, aku tambahin poin : sholat bersama. Hehe.


Bisa juga akrab itu dengan saling mengenal, saling menolong dan saling mendoakan. Dan ketika bertemu, jangan lupa untuk memberikan perangai yang terbaik. Caranya simple : senyum.

***

Setelah mas Diar selesai menyampaikan materi, TIPS dilanjutkan dengan sharing, baik sharing dengan mas Diar maupun sharing antar pengurus. Saking serunya sharing, senja mulai pudar dan berganti malam (duih, bahasaku). Bersama teman-teman dan kakak-kakak pengurus BEM KM memang selalu berhasil membuat semakin semangat dan semakin terinspirasi. Semangat Menginspirasi !.

"Coba kita lihat suasana di rektorat pada sore ini, romantis ya seperti kita. Setiap organisasi pasti memiliki romantismenya masing-masing" ~ mas Iman.

"Saya tidak bisa tanpa kalian" ~ mas Thoriq.

"Kabinet Indonesia Romantis" ~ mas Erdi.

Dan TIPS sore lalu pun ditutup dengan romantisme ala kita. Hehe.

Rektorat UNY, 2 November 2013


Post a Comment

1 Comments

  1. Lagi blog-walking... Eh... nemu ini... Suka nulis juga ternyata... *jempol

    Keren-keren tulisannya.. Ada minat nulis buku juga kah?

    Oh ya, tukeran link boleh dong... :)

    ReplyDelete