Magelang - Alun Alun - Candi Borobudur

11-12 April 2014 ...


Magelang di sudut yang berbeda

Magelaaang…
Walaupun sudah terbiasa (banget) ke Magelang, tapi kali ini tentunya ada yang berbeda. Kalau biasanya melihat Magelang dari sudut Utara (rumah aku di daerah Grabag), sekarang melihat Magelang dari sudut Tengah (eh, Pakelan itu termasuk bagian tengah bukan ya, hehe). Untuk pertama kalinya juga nih nyobain lewat Fly Over Jombor yang belum resmi dioperasikan.

Sampe di rumah (keduanya) Hilma, kita leyeh-leyeh dulu. Terus main UNO, spesialnya, UNO punyaku digabung sama UNO nya ayong, jadi kartu kita ada banyak banget. Horornya adalah, waktu main UNO kan kartuku tinggal 2, terus aku keluarin kartu +4, eh ternyata yang lain juga pada punya dan aku dapet 6 kartu +4. Jadilah aku ngambil 24 kartu. Huaa. 

Berhubung hari itu hari Jumat, yang cowok-cowok pada Jumatan deh, termasuk Faza lho termasuk Faza. Hoho. Pulangnya, mereka bawain lotis gitu, yummyyy… sambil makan lotis, kita nonton tivi, ada liputan pemilu, ada kasus criminal yang macem-macem, ada infotainment yang rame tentang  kasus ustadz Guntur Bumi, cakepnya anak artis kayak Al Ghazali dkk, liputan latihan timnas U-19 di lapangan sepak bola UNY, terus nonton film Winny the Pooh yang ternyata lucu. Udah lama nih nggak nonton Winny the Pooh.


Oh iya, hari ini juga adalah hari ulang tahun Fatonah ke 20. Sayang hari ini doi nggak bisa ikutan. Jadilah ini...
Happy birthday yaaak Mamak \^^/



Sorenya, waktu kita buat mandi. Diawali sama kaka Rete, terus Hilma, terus Mimip, terus aku deh. Eh, waktu aku lagi mandi, anak-anak pada “nggrenengi” aku tuh. Yang bilang, “Disma di dalem update status dulu” lah, “ketiduran” lah, apalah. Woy, aku denger wooy.  

Alun-Alun Magelang

Rencananya kita sore itu mau ke alun-alun. Tapi berhubung nungguin yang pada mandi itu lama, terus turun ujan juga, akhirnya kita putusin buat berangkat abis sholat aja. Malam itu kita sok-sokan ngobrol pake bahasa Sunda. "Kumaha atuh ieu teh", "Punten", "Damang". Padahal medok jowo banget.

Singkat cerita karena satu dan lain hal, jadilah kita berangkat ke alun-alun jam 8an malam. Kaka Rete nggak ikut soalnya kepalanya sakit. Takut besok malah nggak bisa pergi-pergi kalo sakit gitu. ya udah deh, get well soon ya kakak, sambil sekalian ada yang jaga rumah.

Dingiiin. Walaupun nggak sedingin di Grabag, tapi tetep aja berasa dingin karena abis ujan. Aku aja kedinginan gini, temen-temen kayak gimana ya. Mereka pada pake jaket tebel tuh. Hihi. Tapi hangatnya kebersamaan kita telah melumerkan kedinginan ini kok. Eaaak.

Sebenernya ngapain sih malam-malah gitu ke alun-alun?

Yaa biar komplit aja, rasanya belum lengkap main ke suatu kota/daerah tapi nggak mampir ke alun-alunnya. Alun-alun itu semacam first-looking dari suatu daerah, gitu sih menurut aku. Menurut aku, alun-alun Magelang itu cantik. Btw, sejak kapan ya TV besar yang di alun-alun itu dicopot, kok tau-tau sekarang nggak ada?? #Kudet. Ada yang unik juga di sana, misalnya: menara PDAM berbentuk mirip sumbu kompor yang jadi icon kota Magelang, dikelilingi oleh tempat ibadah bermacam agama (ada masjid, gereja, dan kuil) dan patung pahlawan Diponegoro. Eh ada mitos nih yang menyebutkan kalo patung Diponegoro di alun-alun ini bisa menangis saat mendengar adzan. Secara letak patungnya kan dekat sama Masjid Agung. Aku sih percaya banget sama mitos ini. Iyalah, soalnya patung nggak bakal bisa denger adzan :|

Lalu ngapain aja kita di alun-alun?

Niat awal mau foto-foto. tapi berhubung keterbatasan sumber daya manusia dan sumber daya kamera jadi hasilnya gelap plus blur-blur gitu. Hihi. Yang penting memori kita tentang malam itu enggak blur ya sob. Ihik.



Lalu kita duduk di dekat pohon beringin di tengah-tengah alun-alun, sementara itu Ayong dan Budi pergi beli bubble dan kitiran malam (nggak tau namanya apa, jadi kita kasih nama kayak gitu aja). Eh kita didatengin rombongan pengamen, ndilalahnya di antara kita nggak ada yang bawa uang karena dompet kita ada di tas yang dibawa Ayong. Jadilah kita cuma mampu ngasih 200 perak. Ya amplop. Hampir aja diajak ribut mas-mas pengamennya coba. Ngeri'.

Beberapa waktu kemudian kembalilah Ayong dan Budi membawa 2 buah bubble dan 2 buah kitiran malam. Play timeeee ~.
Saingan jauh-jauhan nerbangin kitiran malamnya. Saingan tinggi-tinggian nerbangin kitiran malam. Saingan gede-gedean bikin bubble. Saingan banyak-banyakan bikin bubble. Ih, serius kita berasa masa kecil kurang bahagia. Anak kecil aja kurang heboh daripada kita. Hehe.

Semua itu berakhir ketika...
(1)
Aku : Ndri, pinjem kitirannya dong.

Andri : Sek, sek Dis, sepisan meneh mbalik ning Budi

Lalu Andri pun menerbangkan kitiran itu dan....

Tuing... Kitirannya jatuh di atas patung Diponegoro.

Ya kalik patung Diponegoro kan tinggi, dipagerin pula, nggak bisa diambil dong ya.

(2)
Aku : Za, aku pengen dolanan kitiran dong.

Faza : Sek dis, bar iki.

Lalu Faza mengarahkan kitiran itu ke arah langit, lalu menembakkannya dan....

Tuing.... Kitirannya nyangkut di atas pohon beringin dan nggak balik ke tanah lagi. Kerennya adalah, burung-burung yang bersarang di atas pohon pada terbang semua. Aaaak so sweet.
.
.
.
Tapi ya itu tadi, kitirannya nggak ada lagi. Mari kita pulang.

Sampai di rumah sekitar pukul 9 lebih, kita memilih nonton TV. Sempat ganti-ganti channel dan akhirnya pilihan jatuh ke Indonesian Idol. Ada Virzha ada Virzhaa. Berhubung aku udah ngantuk, aku tidur paling awal deh. Biarin, ngantuk sih.

Bangun-bangun, ternyata aku tidurnya sebelahan sama Ayong. Nggak tau kenapa tiap ada acara nginep gini pasti temen sebelahku Ayong. Soalnya dia yang udah kebal kalau pas tidur aku tendang-tendang. Hoho.

Candi Borobudur

Candi Borobudur adalah candi Budha terbesar yang kini menjadi warisan dunia. Candi Borobudur pernah masuk dalam 7 keajaiban di dunia. Bangga ya Indonesia punya candi Borobudur. Dan di sinilah kami keesokan harinya, Sabtu (12/4). Jika hanya boleh mendeskripsikan candi Borobudur dalam 1 kata, maka kata yang kupilih adalah : Amazing. Lebih lanjut tentang Candi Borobudur

Biaya masuk ke situs candi untuk turis domestik adalah Rp 30.000, sedangkan untuk turis asing Rp 125.000. Sayangnya kita nggak boleh bawa makanan ke dalam. Kalau minuman sih boleh. Mungkin supaya mengurangi sampah (you know lah kebiasaan orang Indonesia *no offense*), mungkin juga supaya dagangan makanan di dalam jadi laku.



Panas sih iya, tapi dengan cerah ini kita jadi bisa menikmati pemandangan cantik di sekitar candi. Berhubung nggak nyewa guide (mahal bo'), kita cuma bisa ngarang-ngarang menerjemahkan arti relief yang terukir di badan candi. Dulu pas SMP sih aku pernah dapet materi English For Tourism tentang Borobudur, tapi lupa-lupa juga. Hehe.

Ketemu turis mancanegara udah jadi hal yang biasa kalau kita ke candi Borobudur. Turisnya pun dari berbagai negara, ada Jepang, Thailand, Perancis, Inggris, dll (tau dari bahasa dan logatnya). Tuh kan, orang luar aja tertarik buat mengunjungi kekayaan budaya kita, masa' kita sebagai anak bangsa nggak turut melestarikan sih. Datang yuk ke Borobudur, terutama buat kamu yang belum pernah. *Promo*


Pamit 

Pulangnya dari candi Borobudurnya kita keujananan nih. Mak bres sih tadi di jalan. Yang miris adalah, handuk sama baju yang dijemur di halaman belakang bukannya kering malah jadi basah #pukpuk. Karena yang lain akan pulang ke Jogja sedangkan aku mau pulang dulu ke rumah, jadilah aku pamit duluan.

Aaaak, besok-besok ayo dolan lagi !

Post a Comment

0 Comments