Sebenarnya ada banyaaak yang ingin aku tulis. Tapi sekarang nulis tentang ini dulu deh: kerjaan.
Add caption |
Dari kecil dulu aku punya banyak cita-cita. Cita-cita yang pertama adalah jadi guru. Lalu ketika SMP, aku ingin jadi presenter berita, karena pernah juara di lomba presenter berita. Ketika SMK, keinginanku berubah haluan ke profesi programmer, maklum waktu itu aku ambil jurusan Rekayasa Perangkat Lunak. Saat kuliah, cita-citaku malah jadi random: ingin jadi anggota DPR (gajinya gede kan ya?), Mendikbud (biar bisa membenahi sistem pendidikan di Indonesia, kekeke), bahkan pernah pasrah ingin jadi Ibu Rumah Tangga aja buat ngurus suami sama anak di rumah (pas jaman puyeng skripsi).
And here I am. Jadi guru komputer. Alhamdulillah. Aku bersyukur. Ternyata aku bisa mencapai 1 cita-citaku. Pokokmen aku cah cita-cita.
Kisah sebagai guru komputer dimulai awal tahun 2016 lalu. Aku ngajar di salah satu SMK swasta di Jalan Kaliurang. Seminggu kan ada 7 hari. Nah dalam seminggu, aku masuk ke sekolah hanya 3 hari. 3 hari itupun nggak masuk seharian, paling di sekolah hanya 3-4 jam saja. See? Kurang selo apa coba?.
Kondisi demikian berlangsung dari Januari 2016 sampai Juni 2017. Selama itu aku adalah cah selo YK. Piknik jadwalnya hari Selasa. Nyuci baju jadwalnya hari Jum'at pagi. Rapel nonton drama korea, jadwalnya hari Sabtu. Mager, jadwalnya hari Minggu. Amplop bener. That's why akhirnya aku cari kesibukan dengan ngeblog, freelance content writer, jualan di olshop, dll.
Semua berubah sejak Bulan Juli 2017 kemarin. Karena merasa selama ini hidupku selo betss, aku pun ambil kesempatan buat ngajar di 1 sekolah lagi. Infonya waktu itu adalah ngajar 12 jam pelajaran. Aku pikir, "Ya gampang deh". Selama ini ngajar 24an jam juga masih selo. Apalagi di sana sistemnya blok, jadi 12 jp itu cuma 1 hari, tambah piket 1 hari jadinya 2 hari. 3 hari di SMK A, 2 hari di SMK B. Okelah, masih ada 2 hari buat libur.
Ternyata eh ternyata, di SMK B guru produktifnya masih kurang, dan aku diminta bu Waka Kurikulum buat ngajar 24 jam, kelas X dan XI. Waktu itu agak ragu sih. Tapi bu Waka butuh jawaban saat itu juga. Dan aku dengan nekatnya nyanggupin tawaran itu.
Berubahlah sekarang, dari aku yang tadinya cah selo jadi cah kerjo. Jam ngajarku 24 jam + 28 jam = 52 jam. Di sekolah A aku ngajar 3 mapel, di sekolah B aku ngajar 5 mapel. Di sekolah A pakai kurikulum 2013, di sekolah B pakai KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Belum lagi di sekolah A jadi wali kelas, dan di sekolah B ngajar kelas X dan XI. Administrasi guru semua harus digarap, mulai dari silabus, RPP, prota, prosem, dkk. Duh mas.
Jadilah sekarang hampir nggak ada hari selo buat sekedar mager.
Senin, Selasa, ngajar dari jam 7 - 17.
Rabu, Kamis, Jum'at, stay di sekolah dari jam 7-15
Sabtu piket
Minggu nyuci baju, nyiapin materi buat ngajar besok lagi
No, no, aku nggak mengeluh. Masih banyak di luar sana yang kerjanya jauh lebih berat. Aku mah apa atuh. Butiran coffeemix.
Tapi setiap pekerjaan pasti punya konsekuensi masing-masing. Konsekuensi dari pekerjaanku sekarang adalah, aku harus pintar mengatur waktu, tenaga, pikiran, dan yang paling penting: hati. Jadi guru itu nggak mudah, tapi juga nggak sulit.
Guru itu harus banyak tahu. Budaya belajar tetap perlu dilakukan untuk menjaga pengetahuan kita. Update perkembangan terkini dari bidang keilmuan yang kita geluti supaya nggak ketinggalan "berita". Apalagi jadi guru TI, perkembangan TI kan cepat banget. Jadi mau nggak mau kudu ikutan run-run small mengikuti perkembangan zaman.
Guru itu harus kreatif, terutama dalam menyampaikan materi kepada siswa. Nyatanya, kegiatan belajar di sekolah itu emang nggak lebih menyenangkan daripada kegiatan lain. Makanya guru harus pandai-pandai membuat murid tertarik terhadap materi yang ada.
Guru itu harus sabar. Sabar adalah koentji. Apalagi murid-murid jaman now. Pernah lihat berita anak sekolah merokok di kelas terus upload fotonya di Instagram terus abis itu dia dikeluarkan dari sekolah?. Pernah lihat berita guru dipukulin sama orang tua siswa karena anaknya ngadu dipukul sama guru? Padahal ternyata siswa itu datang telat ke kelas dan jatuh sendiri karena kakinya tersandung. Haduuuh kalo jadi guru kok nggak sabar, mungkin banyak guru yang mati muda. Next time aku akan post kelakuan murid-murid yang bikin ngucap istighfar. Makanya Bunda, tolong kalau masak jangan terlalu banyak micin ya.
Guru itu harus multitasking. Jadi guru nggak cukup cuma selesai ngajar. Berbagai administrasi menunggu di depan mata. Membuat dokumen ini, itu, mengisi instrumen ini, itu. Siap waktu dan tenaga tambahan ketika ada kegiatan sekolah, acara 17 Agustus-an, Idul Adha, Praktek Kerja Lapangan, Kunjungan Industri, UTS, dll. (Walaupun aku nggak semuanya ikut).
So... iya, aku yang dulunya cah selo berubah jadi cah kerjo sekarang. Tapi nggak apa-apa. Hidup jadi makin seru. Tambah teman baru, tambah pengalaman baru, tambah ilmu baru sepanjang waktu. Sebenarnya jadi ada banyak cerita, sayangnya malah nggak sempat nulis di blog. Kadang cuma bisa nulis singkat di medsos, antara Instagram atau Facebook. Eh, kamu udah follow @dismonimo kan?
3 Comments
Gimana kalau seminggu ada 14 hari, apakah kamu akan masuk 3 hari atau 6 hari? Tidak usah dijawab.
ReplyDeleteTiga mapel sekaligus itu gak bikin pusing? Bisa paham semua gitu ya? Kalau ini serius, boleh dijawab. Kalau nggak mau juga nggak papa sih.
Salam, panjaga warung khusus micin.
Beneran nggak usah dijawab ni mas? Hehe. 3 mapel itu masih rumpun yang sama, tentang Komputer Jaringan. Jadi masih bisa dipahami
DeleteSemangaaat mbaaak. aku ngerti rasanya soalnya aku juga kerja di bagian keuangan universitas dan kerjaannya kayak gak ada habisnya. hiks hiks :(
ReplyDelete