Kenapa PNS Identik dengan Hutang?

Sebagai anak muda yang belum banyak makan asam garam kehidupan, tadinya aku nggak simpatik terhadap hal hutang-piutang. Barangkali karena sejak kecil orang tua lebih sering mengajarkan konsep menabung tapi tidak pernah mengajarkan konsep berhutang. Jadinya ketika sudah tumbuh besar aku jadi lebih terbiasa untuk menabung ketika menginginkan sesuatu daripada berhutang. Dalam artian berhutang sesuatu yang dalam nominal besar ya, bukan hutang “receh” kayak pengen ayam geprek tapi uangnya kurang terus pinjam 10.000 dulu ke teman.  

Tetapi sejak memasuki dunia pe-en-es, aku mulai kenal sedikit demi sedikit dengan yang namanya hutang. Bagaimana kisah perkenalan aku dengan hutang ala PNS?. 

Begini ceritanya...



Bank Jateng

Dulu sebelum pelantikan CPNS tahun 2019, kami calon CPNS (iya, calon Calon PNS) diminta datang oleh BKD untuk set fingerprint dan verifikasi data. Karena ada banyak kloter, jadi sambil menunggu kloter sebelumnya selesai kita dikumpulkan dulu untuk pengarahan. Di antara sekian materi saat pengarahan tersebut, ada tim dari Bank Jateng yang presentasi menawarkan kredit yang bisa diambil oleh CPNS cukup dengan jaminan SK CPNS. 

Di situ aku mikir, “Ya amplop... belum juga diangkat jadi CPNS. Belum juga tahu gimana bentuk SK CPNS. Udah ditawarin kredit aja”.

Time flies...

Beberapa bulan setelah jadi CPNS, suatu hari bu Lis, kepala TU, ngasih kertas ke aku dan teman-teman CPNS lain. “Titipan dari Bank Jateng”, katanya.

Pas aku cek, ternyata tabel kredit pegawai!. Itu lho yang isinya simulasi perhitungan hutang dan cicilan. Misal hutang 10 juta nanti kalau selama 1 tahun cicilannya berapa, kalau 2 tahun cicilannya berapa, dst.

Kata bu Lis juga, “CPNS SMA tetangga sudah pada ambil kredit lho”. 

Wqwq.



Saat outbreak Covid-19 bulan Maret lalu, seperti yang kita tahu kemudian ada kelesuan di bidang ekonomi. Barangkali untuk memberikan stimulasi ekonomi, pihak perbankan banyak yang lalu membuat kebijakan baru. Salah satunya Bank Jateng ini. 

Sekitar bulan April, bu Lis kembali membagikan info kredit pegawai dari Bank Jateng dengan suku bunga yang diturunkan. Bahkan aku juga dichat via WA oleh pegawai Bank Jateng cabang sini. Ya itu, dikirimi info yang sama tentang kredit pegawai dengan bunga rendah.

Mulai tergoda untuk hutang kredit?

Koperasi Simpan Pinjam Sekolah

Bulan Desember 2019, ada rapat akhir tahunan koperasi sekolah. Waktu itu aku belum jadi anggota, tapi tetap boleh ikutan rapatnya. Karena koperasi sekolah adalah Koperasi Simpan Pinjam, saat rapat salah satu pembahasannya tentan seluk beluk pinjaman. Waktu disebutin maksimal peminjaman sekian puluh juta, aku amazed sih. 

“Hah... orang-orang ternyata bisa ya ambil hutang sebanyak itu (di koperasi sekolah)???”

Kata pak Ipul dan bu Ana, teman CPNS yang lebih senior, pinjam di koperasi sekolah itu hitungannya untung karena bunganya lebih kecil daripada di bank. Hanya saja, kalau mau pinjam di koperasi harus menunggu antrian dulu karena banyak lainnya yang mau pinjam juga. Nggak hanya itu, kekurangan lainnya adalah...maksimal pinjamannya hanya sedikit, sekian puluh juta yang aku sebutkan di atas tadi.

Pikirku, “Ooo ternyata yang bagi aku nominal tersebut termasuk besar, buat orang lain terhitung kecil toh???”

Nek ra utang ra nduwe opo-opo

Terjemahan: kalau tidak hutang tidak akan punya apa-apa.

Adalah sebuah prinsip yang sering aku dengar dari PNS-PNS senior. Seriiiing banget aku mendapat saran untuk ambil kredit dengan alasan seperti di atas.  Dan ini berlaku universal, nggak hanya di lingkungan kerjaku aja. Misalnya saat aku latsar CPNS. Banyak pemateri yang notabene PNS juga, saat ice breaking ya cerita-cerita soal hutang. Hutang di bank sudah menjadi sesuatu yang lazim aja gitu. Biasa. 

Oh iya, ada istilah umum yang sering digunakan soal hutang, yaitu: SKnya lagi disekolahke ben pinter. Tahu nggak apa maksudnya? 

Kekeke.

Jadi, kenapa PNS identik dengan hutang? Barangkali karena hal-hal ini

1. Karena gaji PNS nggak “sebesar itu”

Menurutku pendapatanku sebagai PNS termasuk banyak. Yah karena pendapatanku di pekerjaan sebelumnya lebih sedikit daripada sekaran. Tapi nggak yang banyak banget juga. Misalnya kalau buat beli rumah, mobil, nyekolahin anak, bayar UKT kuliah, dll yang nggak akan cukup jika hanya mengandalkan gaji.

Katakanlah pendapatan (gaji dan tunjangan) 4 juta. Harga rumah 200 juta. Kalau sebulan bisa nabung 2 juta, baru bisa beli rumah setelah 100 bulan atau sekitar 8 tahun lebih. Malah keburu harga rumah udah naik jadi 300 juta++ karena inflasi.

Maka dari itu, hutang kemudian menjadi alternatif untuk bisa afford hal-hal yang tidak terjangkau hanya dengan gaji. 

2. Karena kemudahan untuk mendapatkan hutang

PNS kalau mau ambil hutang/ kredit di bank, gampang saja. Tinggal menggunakan SK sebagai jaminan (dan persetujuan pimpinan), uang sudah bisa cair keesokan harinya.

3. Karena banyak temannya

Sebagai orang yang naif, pandanganku dulu tentang orang yang berhutang adalah karena seseorang itu nggak punya uang. Aku akan malu kalau punya hutang, karena artinya aku nggak punya uang dong. Nah, ku sadari sekarang bahwa pandangan ini terlalu sempit. Kebanyakan bolos pelajaran ekonomi jadinya ya gini.

Tapi ketika udah jadi PNS, ada banyak PNS lain yang juga punya hutang. Malah ketika kemarin aku dan teman-teman CPNS baru diangkat jadi PNS, langsung disarankan oleh rekan guru untuk ambil kredit lho. Hutang di kalangan PNS memang sudah jamak. Jadi ya.... banyak teman (yang berhutang juga) aja gitu.

4. Karena banyak dukungan

Dukungan untuk berhutang nggak hanya datang dari rekan kerja, tapi juga pihak lembaga pemberi hutang.
Seperti yang aku tulis di atas, pihak bank aktif menawarkan produk kreditnya ke kami PNS. Pihak koperasi juga welcome bagi yang mau meminjam. Prosedur hutang nggak terlalu ribet. Semacam dapat banyak dukungan aja gitu.

Oh iya, tambahan. Setelah aku belajar lebih jauh tentang finansial, ternyata hutang bukanlah sesuatu yang buruk. Banyak referensi keuangan yang bilang, hutang boleh-boleh aja asalkan rasio cicilannya maksimal hanya 30% dari pendapatan supaya cashflow sehat, dst. 

So, berhutang atau enggak nih?

Post a Comment

1 Comments

  1. Ojo melu melu yo Mbak. Luwih becik ngampet tinimbang nyicil.

    ReplyDelete