Kehilangan yang Mendadak

Dari dulu kala, hari Senin menjadi momok bagi sebagian (atau semua?) orang. Barangkali karena jarak dari Senin ke Minggu itu ada 6 hari, sedangkan jarak dari hari Minggu ke Senin hanya 1 hari. Sungguh tidak adil.

Tapi Senin ini (3 April 2023, -red), tidak hanya menjadi momok, melainkan sudah berubah menjadi gumpalan awan kelabu diiringi hujan lebat yang turun sebagai tetes air mata. Kehilangan seseorang yang sangat sangat sangat baik adalah penyebabnya. Seseorang itu bernama bu Nurhajati.

Umur manusia tidak ada yang tahu. Betul.

Yang paling dekat dengan kita adalah kematian. Betul.

Tetapi ketika seseorang meninggalkan kita, tetap saja sulit untuk berkata "siap".

Apalagi ketika kehilangan itu terjadi secara amat tiba-tiba. Begitu mendadak.

Ketika hari Senin itu, aku berangkat agak siang. Karena sudah mepet dengan jam absen, aku agak terburu-buru untuk finger. Saat memasuki area sekolah, aku merasakan suasana yang berbeda dengan biasanya. Jika biasanya pagi hari diselimuti dengan ketenangan, slow pace, nuansa mengawali hari dengan saling bertegur sapa, tapi tidak dengan hari itu.

Baru saja aku melangkah melewati gerbang sekolah, aku melihat pak Is menyiapkan mobil, bu Atiek sedang berjalan agak cepat, pak Hendrat dengan raut muka agak panik, dan beberapa guru di parkiran terlihat memasang ekspresi yang agaknya sama.

Not a good sign.

Pikiran pertama yang terlintas, apa ada murid yang kecelakaan?.

Aku coba tanyakan ke bu Ayuk yang masih di parkiran. "Ada apa to bu?".

"Bu Nur kecelakaan" jawab bu Ayuk.

Innalillahi. Terkejut, tentu. Namun, saat itu masih berharap bu Nur baik-baik saja. Kalaupun ada luka, semoga hanya luka kecil dan bisa disembuhkan. Mengingat sebelumnya bu Nur juga pernah kecelakaan dan alhamdulillah seiring berjalannya waktu bisa sehat kembali. 

Apalagi ketika tahu ternyata bu Nur sempat menelpon bu Yus untuk menyampaikan izin putrinya (mb Rahma, yang juga kecelakaan bersama bu Nur) ke kampus. 

O bu Nur masih bisa telpon bu Yus, berarti bu Nur nggak apa-apa kayaknya. 

Masih tenang.

Tak lama berselang, ketika sedang mengawas ujian kelas XII bersama bu Yayuk, ada pesan WA dari bu Ayuk yang mengabarkan.

"Bu Nur kritis di ICU".

Innalillahi. Seketika bertanya-tanya kok tiba-tiba bu Nur jadi kritis sampai dirawat di ICU.

"Tiba-tiba ada pendarahan di kepala. Gula darah tinggi, saturasi oksigen menurun," lanjut bu Ayuk.

Aku yang sedang bersama bu Yayuk jadi membahas tentang bu Nur yang selama ini menderita sakit diabetes. Gimana bahayanya gula-yang-tinggi. Dll.

Tugas mengawas jam pertama selesai. Lanjut tugas mengawas jam kedua. Kali ini, aku bersama bu Ratna.

Di tengah mengawas, ada WA dari bu Ayuk mengabari

Bu Nur meninggal

Innalillahi wainnailihi rojiun.

Rasanya belum bisa percaya.

Aku beri tahu bu Ratna yang ada di sampingku. Bu Ratna seketika terisak, sepertinya kami berdua sedang berbagi perasaan yang sama saat itu.

Bu Nur orang baik. Sangat sangat baik.

Semoga beliau husnul khotimah. Aamiin.

Post a Comment

0 Comments