Ketika Ditanya "Udah Isi Belum?"


"Udah isi belum?"

"Udah isi ya?"

"Wis bati durung?"

Adalah pertanyaan dalam bentuk lebih halus untuk menggantikan pertanyaan yang frontal yakni

"UDAH HAMIL BELUM?"
(Eh sorry sorry, capslock jebol)

Di usia pernikahan yang "baru" memasuki 7 bulan ini, entah sudah berapa kali orang mengajukan pertanyaan-pertanyaan di atas kepada aku atau Abang. Bahkan udah dari sebulan-dua bulan sejak kita menikah pertanyaan ini datang. Karena emang belum, ya aku jawab aja dengan jawaban default

"Belum pak/bu, minta doanya ya" 

Sambil lempar senyum termanis ala-ala Puteri Indonesia. *Halah.

Walaupun dalam hati pengen nambahin, 

"Emang kenapa sih, mau tau aja apa mau tau bangetttt???"

Mereka kepo, gue kepoin balik dong.

Tapi aku tahan. Toh aku tau mereka tanya gitu paling cuma basa-basi doang. Aku maklumin, mungkin saking nggak ada bahan obrolan lain. Padahal diajak basa-basi "Harga telor bulan ini mahal ya", atau "Sekarang hawanya lagi dingin banget ya" aja aku udah seneng.

Tambah kesel kalau orang tanya gitu dengan embel-embel, "Kok badannya berisi, sudah berapa bulan?". Haaaaaah??.

"Ini lemak bu, lemaakk. Iya, aku emang gendut bocahnya"

**Btw, aku abis nikah beratnya naik nggak kekontrol nih masa'. Hadeeh. Gegara bahagia apa gegara kebanyakan makan neeh. Sedih akutu.

Dan yang tanya hal-hal kayak gitu biasanya justru orang yang dekat sama kita tapi nggak dekat-dekat amat. Katakanlah: pakdhe, budhe, teman kerja, teman sosmed. Keluarga inti atau teman yang udah sohib banget mah nggak pernah tanya-tanya. Mungkin karena mereka lebih tau aku sama si Abang kayak gimana.

Anehnya abis mereka tanya, terus dijawab "belum", eh mereka lanjutkan lagi dengan memberikan berbagai versi nasehat, kayak

"Ya nggak apa-apa, malah bisa menikmati waktu berdua. Nanti kalau udah punya anak, ke mana-mana harus bawa anak"

(Emang nggak apa-apa bapak-ibuk sekalian, yang bilang apa-apa juga siapa)

"Jangan ditunda-tunda lho bu, anak kan rejeki"

Lhaa. Kita bukannya nunda-nunda atau gimana. Awal-awal menikah, kita excited banget pengen segera punya anak. Lucu. Kita berdua juga orangnya suka sama anak kecil.

Sebulan, belum dikasih.

Dua bulan, belum dikasih.

Tiga bulan, belum dikasih. Akhirnya kita berdua periksa ke dokter buat konsultasi sekalian just to make sure that everything's under control. Dan kata dokternya,

"Oh nggak apa-apa. Normal kok. Ditunggu setahun saja dulu. Besok kembali ke sini lagi"

Ya udah. Emang belum dikasih. Hamil kan nggak segampang yang di sinetron-sinetron itu. Yang penting udah berdoa sama ikhtiar. Ihik.

Semakin ke sini, kita berdua semakin santai. Kalau dikasih sama Allah, alhamdulillah, kita jaga. Kalau belum dikasih, juga nggak apa-apa, kita piknik-piknik dulu gitu ke mana. Puas-puasin makan sate sama duren dulu. Wkwkw.

Timbang mikirin apa yang belum kita punya, kita memilih bersyukur atas apapun yang telah kita terima.

Di saat kita udah menikah, teman-teman kita masih banyak yang jomblo. Atau masih ada yang menabung supaya bisa nikah.

Di saat kita kadang bosan satu sama lain, ada teman yang sudah menikah tapi harus berjauhan dengan pasangannya.

Di saat kita mendambakan ingin punya momongan, ada teman yang sudah menikah, sudah dikasih momongan, tapi kemudian anaknya meninggal karena sakit.

Di saat kita memikirkan gimana caranya biar bisa "jadi", ada teman yang udah punya anak, belum rencana nambah anak lagi, eh "kebobolan".

Bukan berarti kita berpuas diri di atas keadaan orang lain. Tapi kita menyadari, bahwa setiap orang diuji dengan ujiannya masing-masing. Sabar dan bersyukur untuk diri sendiri. Bijaksana dan empati untuk orang lain.

Salah satu cara paling mudah: kayaknya tanya-tanya yang bersifat sensitif ke orang lain itu nggak perlu deh. Like asking,

"Kapan lulus?", ke mahasiswa semester akhir yang lagi berjuang nyelesein skripsi

 "Calonnya mana?", ke temen yang single

 "Kapan nyusul?", ke temen yang belum nikah

"Udah isi belum?", ke temen yang belum punya momongan macem gueh

"Kapan nambah adek buat si kakak?", ke temen yang baru punya 1 anak

Percayalah, masih banyak basa-basi lain yang ada di muka bumi Indonesia ini. Ngomongin cuaca kek, tanyain lagi sibuk apa kek. It works all the time.

Etapi kalo masih ada yang mau tanya kayak gitu ke aku sih nggak apa-apa. Tetep tak senyumin kok. :)

"Be patient and thankful for yourself. Be wise and empathy for others"

Post a Comment

7 Comments

  1. Yayaya but i learn sesuatu yg finnaly revealed dr postingan iki.

    Kamu mau tau aja apa mau tau banget?

    ReplyDelete
  2. Ehhh iya jg y,,baru sadar kl mb g pnh tanya soal ini ������
    Knp g tny y ����
    Bukan i dont care sih
    Lebih ke...
    Mgkn Krn mb lbh suka dikasih surprise like dibilangin
    "mb bentar lagi ad yg manggil 'mami' loh..."

    ReplyDelete
  3. Yang jelas akan selalu ada pertanyaan-pertanyaan setelah kapan lulus -> kapan nikah -> kapan punya anak, dan seterusnya.. hadehh

    ReplyDelete
  4. realita yg jadi standardisasi yaa. tahapan yang orang lain harus sm kaya teori. padahal kadang keduanya tidak berjalan sama sama
    tetep semngat kaka

    ReplyDelete